Kamis, 20 Juni 2013

Sahabat dan teman hidup layaknya jeans belel

     Kamis, 20 Juni 2013

     Pagi ini seperti biasa aku selalu bangun kesiangan. Kadang heran kenapa kalau hari kerja selalu sulit untuk bangun pagi, padahal kalau libur akhir minggu dengan semangat 45 bangun pagi untuk mbolang. Setelah dengan kilat kurapikan tempat tidur dan kuberi makan dan kujemur ke-tiga kura-kura kesayanganku di depan kos akupun segera mandi. Mandinya pun secepat kilat.
     Kubuka lemariku dan kupilih pakaianku hari ini. Dari kecil orang tuaku selalu mengajariku untuk selalu mengambil baju yang berada di paling atas tumpukan baju, kalau tidak nurut bisa-bisa kena omel habis-habisan. Tanpa pikir panjang kutarik kaos dan celana jeans yang ada di tumpukan paling atas. Ini hal yang paling kusukai di kantor, tidak ada yang namanya peraturan harus berpakaian ala kantoran. Kami boleh pakai jeans dan kaos.
     Cepat-cepat kupakai kaos dan jeansku. Sebenarnya aku tidak mau mengganti jeansku yang sudah kupakai seminggu dengan jeans yang sudah kucuci ini karena akan butuh perjuangan untuk memakainya. Mungkin bukan hanya aku yang merasa kalau jeans yang baru dicuci itu terasa lebih kecil dan ketat ketimbang yang sudah dipakai lama. Kulirik kembali jeans belelku yang sudah kulempar ke keranjang pakaian kotor karena merasa malas untuk berkutat dengan jeans yang baru ini.
     Ah, tapi sudahlah, segera kupakai jeans secepat mungkin. Karena memang aku sekarang sudah bertambah gemuk jadi jeansnya agak kekecilan. Arrgghhhh!! sulit sekali memakai jeans yang baru dicuci ini, aku coba perlahan-lahan mengenakannya. Setelah berkutat selama beberapa detik akhirnya terpakai dengan benar juga. Terasa ketat dan kaku. Tapi seperti yang kita tahu nanti jeans itu akan melar dan nyaman dipakai dengan sendirinya seiring seringnya kita mengenakannya.
     Dalam perjalanan ke kantor sempat terlintas dalam otaku yang tak terlalu cerdas ini. Kalau dirasa-rasa, sepertinya hal yang sama terjadi juga dengan seorang sahabat dan teman hidup. Awalnya, ketika kita benar-benar asing dengan orang lain pastinya kita tidak akan merasa nyaman dengan orang itu untuk bahkan berbicara ataupun berbagi senyum. Setelah perkenalan awal kita akan merasa ketat dan kaku jika harus berkomunikasi dengan orang itu. Tapi lama-kelamaan seiring waktu, banyak kisah, banyak pemikiran dan banyak pengalaman yang dijalani 2 orang yang benar-benar asing tadi membuat mereka semakin dekat bahkan tanpa sadar. Merasa nyaman berbagi isi hati, kegembiraan, kisah sedih dan bahkan kisah-kisah sepele yang tidak penting untuk diceritakan.
     Demikianlah akhirnya jeans yang baru dicuci semakin lama dan semakin belel lama-kelamaan menjadi nyaman dan menjadi jeans kesayangan begitu pula sahabat dan teman hidup. Orang yang benar-benar asing yang membuat kita merasa kaku dan ketat akhirnya menjadi orang ternyaman kita untuk berbagi segalanya.

Kusayang sahabat dan teman hidupku karena mereka adalah orang ternyamanku layaknya perumpamaan  jeans belel yang sangat nyaman kupakai setiap harinya (^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar