Rabu, 21 Januari 2015

Akhir Musim Panas di Gunung Prau (2.565 mdpl) Jalur Patak Banteng

     Musim panas merupakan musim dimana banyak orang melakukan pendakian. Ini bukan berarti tidak ada yang mendaki di musim hujan, tetapi jelas bahwa musim panas lebih nyaman dibandingkan musim hujan untuk para pendaki karena tidak perlu repot-repot menggunakan jas hujan saat pendakian dan juga biasanya pemandangan yang didapat di puncak lebih indah dan jelas pada musim panas. Sekali lagi, bukan berarti pemandangan tidak indah saat musim hujan :)
     Ketika aku dan Getih mengunjungi candi-candi di Dieng, kami melihat beberapa base camp pendakian gunung Prau. Penasaran dan rindu mendaki pun membuat kami berencana menaiki gunung Prau. Akhirnya bersama beberapa teman kantor kami pun berangkat. 
     Walaupun sudah mengira bahwa gunung Prau merupakan gunung yang ramai pendaki karena pemandanganya yang indah dan tracknya yang tidak begitu jauh, tetapi tetap saja kami terkejut melihat begitu banyak orang di base camp Patak Banteng hari itu. Base camp Patak Banteng tidaklah sulit untuk dijangkau. Jika kalian mengendarai bus umum pastikan turun di terminal Wonosobo. Dari terminal Wonosobo naik bus kecil lagi jurusan Dieng dan turun di base camp Patak Banteng. Para supir dan kernet bus sudah hafal betul jadi tinggal bilang saja. Base camp Patak Banteng ini terletak tepat di belakang Kantor Desa Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Kami ber-8 menggunakan sepeda motor dari Salatiga mengambil jalur Kragon yang jalannya melewati gunung Andong. Jalur Salatiga-Kragon-Secang-Temanggung-Parakan-Wonosobo yang kami lewati ini hanya membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 2.5 jam.
     Setibanya di base camp kami pun segera mendaftar dan menitipkan helm. Sebelum berangkat kami sempatkan makan siang di warung-warung setempat. Pukul 12:30 WIB kami memulai pendakian. Kami tahu bukanlah ide yang bagus untuk melakukan pendakian pada tengah hari seperti ini. Panas terik matahari akan membuat kami mudah lelah. Tetapi kami harus berangkat awal jika ingin kebagian tempat di camping ground. Track awal pendakian berupa anak tangga yang rapih melewati rumah-rumah penduduk dan juga jalan berbatu yang mudah untuk dilalui. 
     Kurang lebih 15 menit kemudian kami tiba di Pos I. Hal yang cukup mengganggu jika mendaki di akhir musim panas adalah tanah kering berdebu membuat mata pedas dan mulut serta tenggorokan kering penuh debu. Jika teman di depan kita melangkah tak hati-hati maka siap-siap saja menghirup kepulan debunya. Tapi kepulan tanah berdebu ini lebih nikmat jika dibandingkan dengan kepulan hitam asap kendaran bermotor hahahaha

Menuju Pos IIMenuju Pos II

     Jalur pendakian Patak Banteng ini merupakan jalur pendakian tercepat menuju puncak. Jalurnya berupa tanjakan tanpa ampun. Kami jalan cukup pelan karena selain aku yang mudah loyo dan sering berhenti kami juga harus antri jalan dengan pendaki lainnya. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit kami pun tiba di Pos II (Canggal Walangan). Kami sempat berfoto bersama pendaki lainnya dan beristirahat sejenak di Pos II ini.


     Satu jam berikutnya kami tiba di Pos III (Cacingan). Mata, hidung, mulut dan tenggorokan kami sudah dipenuhi debu dan walaupun sering berhenti nafasku tetap saja putus-putus. Kering sekali pendakian kali ini. Kami melihat beberapa pendaki lain sudah mulai kram kakinya. Jangan lupa membawa obat-obatan. Kurang lebih 1.5 jam kami baru tiba di Pos IV (Plawangan). Bunga-bunga daisy yang cantik tampak menghiasi disana sini walaupun ini merupakan akhir musim panas. Pasti lebih banyak dan indah pada musim hujan. Kami berhenti cukup lama di Pos IV ini dan tepat pukul 4 sore kami tiba di camp area. Total perjalanan kami yang pelan dan santai ini membutuhkan kurang lebih 3-4 jam perjalanan.

Bunga Daisy
     Gerimis sempat turun ketika kami mendirikan tenda sebelum matahari terbenam. Hanya ada beberapa tenda lain selain kami yang sudah berdiri disana. Cukup banyak tapi tidak ramai jadi kami masih bisa memilih tempat untuk mendirikan tenda.


     Setelah tenda kami berdiri dan barang-barang sudah ditata rapi, kami pun menaiki bukit dan menanti matahari terbenam. Ah sungguh indah matahari terbenam sore itu. 

Matahari terbenam
     Malam itu kami tidak bisa tidur karena banyak sekali pendaki yang baru tiba setelah tengah malam. Ada yang mengobrol hingga pagi dan ada juga yang membunyikan sirene dengan sangat keras. Ya, sirene di tengah malam!! Entah apa yang mereka pikirkan. Ketika matahari mulai terbit aku memutuskan untuk mengintipnya sejenak dan sangat terkejut dengan pemandangan di luar tenda. Ratusan orang dan tenda memenuhi camping ground. Pantas saja semalam tidak bisa tidur. Tenda-tenda berdiri sangat berdekatan dan aku gelisah karena tidak dapat menemukan tempat untuk buang air kecil. Aku dan Getih harus berjalan sekitar 15 menit ke arah Bukit Teletubies baru bisa menemukan tempat yang agak sepi. Banyak sekali sampah-sampah dan tissue bertebaran di sana sini. Sungguh membuat hati sedih.

Riuhnya pagi hari di Prau

Bukit Teletubies
     Setelah sarapan dan berkemas-kemas kami pun segera berjalan pulang dan tak lupa berfoto bersama terlebih dahulu serta tak lupa membawa turun sampah-sampah kami. Jalur pulang kami tidak sama dengan jalur berangkat. Kami menuruni gunung Prau melewati jalur Dieng. Perjalanan lebih lama tetapi jalanannya lebih landai dan pemandangannya sungguh indah. Bukit-bukit Teletubies itu berwarna coklat kehijauan di akhir musim panas ini. Pasti sangat indah di musim hujan, padangnya yang hijau dan bunga daisy bertebaran. Dalam hati aku ingin kembali ke sini suatu saat di musim hujan :).

Berfoto sebelum pulang

Bukit Teletubies yang kering
      Karena jalur turun kami berbeda dari jalur pendakian kami dan letaknya agak jauh dari base camp Patak Banteng maka kami harus naik angkutan umum untuk bisa kembali ke base camp Patak Banteng. Cukup lama kami menunggu tetapi setiap bus yang lewat penuh sesak. Akhirnya kami memberhentikan sebuah mobil bak terbuka. Pemilik mobil bak terbuka itu membolehkan kami menumpang dengan bayaran seikhlasnya. Terima kasih bapak pemilik mobil bak terbuka :).

Menumpang mobil bak terbuka ke Patak Banteng
     Setelah istirahat sejenak kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke Salatiga. Badan penuh debu dan sangat lelah, tetapi hati dan pikiran kami sudah kembali segar untuk menghadapi hari senin di kantor :D. 

-Veronika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar