Kamis, 19 September 2013

Gunung Andong (1.736 mdpl), mengantar orang tuaku ke puncak

     Sabtu, 14 September 2013

     Sering kali aku melewati Gunung Andong ini jika menuju ke Magelang dari Salatiga. Aku sudah berencana untuk mendaki gunung ini sejak lama tapi baru kali ini kesampaian. Gunung Andong ini tidak jauh dari rumahku, berdekatan dengan gunung Telomoyo, gunung Gajah Mungkur dan gunung Merbabu. Rencanyanya kami ingin mendaki gunung ini pagi-pagi sekali tetapi ternyata mama dan papa ingin ikut jadi kami berangkat sekitar pukul 10 dari rumah.
     Pendakian kali ini sangat istimewa karena biasanya kami hanya ber-4 sekarang kami ber-6 karena mama dan papa ikut. Sebenarnya mama memiliki misi dalam pendakian ini. Dia selalu saja uring-uringan setiap kali melihat kami pulang dari pendakian karena baju kami yang super dekil terkena debu dan tanah di gunung. Mama tak pernah bisa mengerti kenapa kami selalu sangat kotor sehabis mendaki gunung, maka kali ini dia akan membuktikan kalau dia bisa naik gunung tanpa mengotori bajunya..hihihihihihi..ada-ada aja ni si mama.
     Dari rumah (dari arah kota Salatiga) kami langsung menuju ke pasar Ngablak, dan dari pasar Ngablak kami langsung menuju ke desa yang bernama desa Sawit. Sesuai petunjuk orang yang kami tanya di pinggir jalan, dari pasar Ngablak kami mengambil jalan ke kanan. Tak lama kemudian kami sudah bisa melihat gunung Andong yang tampaknya sudah tidak jauh lagi. Kami terus mengikuti jalan aspal menuju gunung Andong sampai jalan aspalnya habis. Setelah bertanya kepada penduduk sekitar kami diperbolehkan untuk menitipkan motor disalah satu rumah penduduk yang paling ujung. Terimakasih banyak bapak dan ibu pemilik rumah yang baik hati (^_^). Dan akhirnya, siap-siap berjalan kaki menuju puncakkkkkkkkkk!!!
     
Gunung Andong

     Trek awal pendakian berupa jalan berbatu yang datar setelah itu kami disambut oleh hutan pinus yang tidak terlalu rapat. Kami sempat melihat ayam hutan dan monyet penghuni gunung Andong.



     Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai puncak, hanya sekitar 2 jam berjalan. Salut dengan papa yang masih kuat walaupun harus sambil menarik mama yang takut ketinggian. Aku yang sedang sakit flu berat merasa kepayahan juga walaupun jalan hanya 2 jam. Waktu hampir sampai puncak tiba-tiba mama tidak bisa berdiri, tertelungkup di tanah karena sangat takut melihat kanan kiri tebing, fobianya langsung kambuh. Dia tidak bisa berjalan dan memilih untuk tetap di tempat.
     Dengan semangat 45 aku dan papa langsung menggandeng tangan kanan dan kiri mama. Dia berteriak-teriak sambil terus berusaha tetap menempelkan tubuhnya diatas tanah, tidak mau bergerak. Aku dan papa menyemangati terus sambil menggandeng dan akhirnya....mama sampai puncak juga hahahahahahaha...berhasil!!!!!!
   


Papa dan Getih di Puncak Andong

Merbabu tertutup awan dari puncak Andong

     Selama berada di puncak mama jadi sewot sama semua orang, selalu marah sama kami yang berlari-lari kesana-kemari atau foto terlalu dekat dengan tepian. Dia duduk di tanah dan mengomeli kami semua karena ngeri dengan ketinggian :), tapi lama kelamaan mama jadi terbiasa apalagi setelah makan siang bersama dia sudah tidak merasa takut lagi.



Tetep..Inter!!!...

Mama yang sudah lupa fobianya
     Setelah makan dan puas berfoto kami pun bergegas menuruni gunung Andong. Sekali lagi harus menggandeng mama yang heboh melewati leher gunung Andong (bentuknya seperti punuk sapi :)). Kalau diingat lucu juga melihat mama yang teriak-teriak seperti itu, ehm lucu dan kasihan juga. Tapi mama hebat sudah bisa sampai puncak!!!!

Narsis dulu :p

Istirahat sejenak
     Setibanya di rumah akhirnya mama mau mengakui kalau turun gunung itu selalu kotor semua bajunya...hahahahaha.... Tapi aku bangga banget mama (58 thn) dan papa (62 thn) bisa sampai puncak Andong dan mereka pun takjub dengan keindahannya :).

-Veronika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar