Minggu, 02 Maret 2014
Akhir pekan datang lagi dan hujan yang selalu datang tiap hari sudah mulai berkurang. Seperti biasa dimusim hujan, Salatiga menjadi kota yang sangat lembab dan dingin luar biasa. Tapi karena hujan tidak turun sederas biasanya maka ini saatnya untuk mulai jalan-jalan di akhir pekan.
Pernah tahun lalu aku dan Getih ingin mengunjungi sebuah candi yang terletak di daerah Muntilan tetapi arena waktu itu jalan ditutup karena ada acara pengajian disekitar daerah itu maka kamipun melanjutkan perjalanan ke Candi Sambisari. Tapi kali ini dengan semangat 45 kami menuju kesana lagi. Tanggal 2 Maret 2014 siang hari kamipun segera berangkat ke Magelang. Perut kenyang setelah makan Sop Pak Min dan hati riang membuat kami tak sabar untuk segera mengunjungi Candi Ngawen. Untuk menuju Magelang dari Salatiga kami melewati Kopeng. Baru beberapa menit mengendara motor dan baru saja memasuki wilayah Kopeng, kami sudah terguyur hujan deras. Tak patah semangat, aku dan Getih menggunakan jas hujan dan melanjutkan perjalanan. Tetapi jalanan setelah melewati Kopeng terlihat kering dan tidak hujan sama sekali. Sudah terlanjur pakai jas hujan dan malas melepasnya lagi karena jaga-jaga kalau nantinya hujan. Dan dengan jas hujan yang kering kami menuju Magelang.
Candi Ngawen yang masih utuh |
Membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan dengan motor untuk dapat tiba di Candi Ngawen yang terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini cukup mudah ditemukan. Begitu anda memasuki Muntilan, carilah jalan Pemuda (satu arah) dan tak jauh dari situ anda akan menemukan plang ke arah Candi Ngawen. Setibanya disana, kami kecewa karena kompleks Candi Ngawen ditutup. Pagarya di gembok dan tidak ada penjaga satupun. Sudah ke-2 kali kesini dan kali ini sudah di depan mata kok ya masih belum bisa masuk. Dengan sabar kami duduk di pinggir jalan sambil menunggu siapa tahu penjaga kompleks candi ada yang datang. Tak lama kemudian seorang bapak datang membukakan kompleks candi. Wah tak sia-sia kami menunggu Ternyata di sekitar situ ada orang yang baru saja meninggal dan penjaga kompleks candi tadi baru pulang dari melayat. Untung saja kami sabar meunggu :). Selain kami berdua, ada pula rombongan turis dari India yang datang dan beberapa anak SMA yang sekedar duduk berdua-dua sepulang sekolah.
Candi Ngawen |
Candi Ngawen ini terdiri atas lima buah candi yang berjajar dari arah utara ke selatan dan menghadap ke timur. Dari relief dan patung-patungnya Candi Ngawen ini bercorak Budha, tetapi ketika berkeliling ke reruntuhan candi aku sempat melihat sebuah lingga yang masih utuh. Mungkin dulunya Candi Ngawen ini juga bercorak Hindu. Lima buah candi yang tersusun itu tidak semuanya dalam keadaan utuh, hanya ada 1 buah candi yang masih utuh dengan patung Budha di dalamnya. Sayang sekali patung Budha ini sudah tak berkepala. Seperti biasa, pencuri-pencuri sudah lebih cepat daripada pemerintah.
Patung Budha tanpa kepala |
Di pelatarana candi terdapat sebuah kolam yang berisi banyak ikan dain airnya mengalir mengelilingi kompleks candi. Beberapa candi terlihat terendam air dan batunya melesak ke dalam lumpur.
Kolam Ikan di pelataran Candi |
Hal yang menarik dari candi ini adalah saluran pembuangan air yang terdapat di sudut2 bangunan candi. Saluran pembuangan air ini berbentuk singa. Menurut papan informasi, singa memiliki arti penting dalam suatu bangunan suci yaitu memiliki fungsi sebagai penangkal pengaruh jahat.
Saluran air berbentuk singa |
Setelah puas berkeliling kamipun berencana untuk mengunjung Candi Mendut yang letaknya tak jauh dari Candi Ngawen. Senang rasanya akhirnya kami dapat mengunjungi Candi Ngawen. Sampai jumpa Candi Ngawen :)
Candi Ngawen |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar