Senin, 08 Juli 2013

Perpaduan dua kebudayaan beragama dalam Candi Plaosan Lor

Sabtu, 15 Juni, 2013    

     Satu lagi candi yang dibangun pada abad-abad Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra pada masa kejayaannya.Candi Plaosan Lor yang terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia ini terletak tak jauh dari kompleks Candi Prambanan, kira-kira 1 kilometer dari kompleks Candi Prambanan. Candi ini sangat mudah ditemukan karena lokasinya yang berada dipinggir jalan.

Candi Plaosan Lor
      Kompleks Candi ini dikelilingi 116 stupa dan 50 Candi Perwara (candi kecil). Kompleksnya cukup luas dan hal pertama yang aku bayangkan adalah Candi Plaosan Lor ini dijaga oleh 116 stupa dan 50 Candi Perwara yang berbaris dan berderet layaknya prajurit :). Mungkin agak berlebihan tapi itu yang aku bayangkan.

Stupa di sekeliling Candi PlaosanCandi Perwara di sekitar Candi Plaosan

     Di sebelah utara Candi Plaosan Lor terdapat jajaran patung para Buddha yang berderet disebuah selasar terbuka. Mungkin dulunya ini bukan selasar terbuka ya, karena terdapat beberapa batu penyangga kayu (soko) yang biasanya ada di pendopo-pendopo.

Jajaran Para Buddha
      Candi Plaosan Lor ini dibangun sekitar abad ke-9 dimana Rakai Pikatan menjadi raja dari kerajaan Mataram Kuno dan Pramodawardhani menjadi ratu dari kerajaan Mataram Kuno. Sang raja berasal dari dinasti Sanjaya yang beragama Hindu sedangkan Sang ratu berasal dari dinasti Syailendra yang beragama Budha. Mungkin mereka berdua diikat dalam pernikahan politik untuk menyatukan dua dinasti yang berbeda agama tapi aku lebih suka membayangkan mereka berdua saling mencintai walaupun mereka berbeda dinasti dan agama :). Ketika keduanya memimpin Mataram Kuno, banyak sekali candi-candi yang bentuk bangunannya memadukan kedua agama tersebut. Seperti Candi Plaosan Lor ini yang merupakan Candi Buddha tetapi masih terdapat unsur-unsur bangunan candi Hindu didalamnya. Sekali lagi, aku membayangkan Rakai Pikatan mempersembahkan Candi Plaosan Lor ini sebagai tanda cinta dan hormat kepada istrinya yang cantik, Pramodawardhani. Betapa indahnya harmoni :)



      Aku terus mengelilingi Candi Plaosan Lor ini dengan berbagai bayangan cerita tentang raja dan ratu yang berhasil membuat perbedaan mereka saling berdampingan tanpa menyingkirkan satu sama lain. Candi Plaosan Lor seperti ingin menceritakan keberhasilan kedua pasangan ini dalam menyatukan perbedaan. Andai saja ada sebuah novel atau film yang bisa menceritakan kembali kisah ini pasti akan menjadi cerita yang jauh lebih baik daripada sinetron jaman sekarang :).
     Ketika mengelilingi candi, ada beberapa coretan di relief candi yang benar-benar membuat saya kecewa. Dalam hati aku bertanya, sebenarnya kenapa mereka melakukan ini pada benda-benda peninggalan sejarah kita yang berharga? Mereka pikir mereka itu siapa, berani-beraninya merusak dan mengotori. Semoga semakin banyak orang sadar akan harta peninggalan yang berharga dan ikut menjaganya.

      Buatku, Candi Plaosan Lor adalah candi yang romantis :), selalu mengingatkanku pada Rakai Pikatan dan Pramodawardhani. Akhir tulisan, please...jangan buang sampah sembarangan dan jangan mencoret-coret harta peninggalan nenek moyang kita. Hargailah dan cintailah situs-situs purbakala Indonesia :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar