Minggu, 01 Desember 2013

Foto Rhoma Irama di Sate Kambing Muda Pak Masyudi

     Kamu penggemar sate kambing? Jika iya rumah makan sate yang akan sayang tulis ini merupakan salah satu rumah makan sate kambing muda terenak yang pernah aku kunjungi. Sebenarnya aku bukan penggemar berat sate kambing, tetapi tempat yang satu ini spesial menurutku. Kakeku sangat suka makan sate kambing dan rumah makan favoritnya adalah rumah makan sate kambing muda Pak Masyudi ini. 
     Sate kambing muda Pak Masyudi yang terletak di Blotongan, Salatiga ini sedikit berbeda dengan sate kambing yang lain. Cara penyajiannya yang menggunakan hot plate dan dagingnya yang tidak alot membuat perut dan lidah saya tidak tahan untuk segera memakannya :D. Yang paling aku suka adalah daging kambingnya yang sudah tidak berbau atau terasa apek. Terkadang daging kambing terasa apek dan masih berbau "kambing", tetapi tidak di rumah makan ini.

Sederhana tapi mengundang selera
Sate Kambing disajikan di hot plate
     Hal yang cukup menarik di rumah makan sate kambing muda Pak Masyudi ini adalah foto-foto yang dipajang di dinding-dinding rumah makan. Foto-foto dengan bingkai yang tampak agak lusuh itu merupakan foto-foto pemilik rumah makan bersama Rhoma Irama. Konon katanya bang Haji Rhoma Irama sering makan di rumah makan ini. Dari pada uang buat judi, lebih baik uangnya dipakai untuk beli sate kambing muda lezat ini, bener ga bang Haji Rhoma Irama? hehehehehehe..

Sate Kambing yang disajikan di hot pate

Tongsengnya juga lezat
     Bagi kalian yang melewati jalan raya Semarang-Salatiga bisa mencoba sate kambing muda ini, dijamin rasanya spesial :)

Rabu, 06 November 2013

Gua Pindul dan Sungai Oyo

     Mungkin sudah banyak orang pergi ke Gua Pindul dan Sungai Oyo tapi aku hanya tahu kedua tempat ini melalui internet dan cerita-cerita dari teman yang sudah pernah kesana. Kebetulan sekali kantor mengadakan acara main bersama ke Gua Pindul dan Sungai Oyo. Dalam hati aku sangat bersemangat karena bisa ke dua tempat ini apalagi semua biaya ditanggung oleh kantor..yay!
     Pukul 6 pagi semua orang sudah berkumpul di halaman kantor untuk bersiap-siap berangkat. Aku tak bersusah-susah untuk mandi pagi karena toh nanti akan basah-basahan di sungai (^_^).

Narsis dulu
 
     Membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam menuju Gua Pindul dari Salatiga dan sesampainya di sana kami masih harus naik mobil bak terbuka untuk mencapai Gua Pindul. Ban-ban besar sudah disiapkan bagi kami untuk susur sungai di bawah gua.


Memasuki Gua Pindul
     Suasana tidak terlalu gelap waktu memasuki mulut gua. Gua Pindul memiliki panjang kurang lebih 350 meter dan lebar 5 m. Semakin kedalam semakin menyempit dan terdapat banyak kelelawar kecil yang menggantung di langit-langit gua dan juga terdapat stalaktit dan stalakmit alami. Menurut bapak guide Gua Pindul ini memiliki 3 zona yaitu zona terang, zona remang dan zona gelap. Untuk menyusuri gua ini membutuhkan waktu kira-kira 45 menit.

Keluar Gua Pindul
      Setelah menyusuri Gua Pindul kami melanjutkan susur sungai Oyo. Sungai Oyo memiliki panjang kurang lebih 1500 meter dan dapat ditempuh dengan menggunakan ban ataupun berenang selama 1 sampai 2 jam. Sungai ini tidak deras dan dinding-dinding sungainya dihiasi pola-pola kikisan air dan angin. Yang paling kusuka dari sungai ini adalah beberapa air terjunnya, tidak terlalu deras memang, tapi cukup indah.
     Dalam perjalanan susur sungai Oyo kami berhenti di sebuah tebing dengan air terjun cantik. Tebing ini yang biasanya digunakan untuk melompat. Tak mau melewatkan kesempatan ini aku pun langsung menuju tempat melompat. Kedalaman Sungai Oyo ini sekitar 7 - 11 meter sehingga aman untuk melompat. Awalnya aku mencoba melompat dari ketinggian 8 meter, setelah itu ketagihan ingin mencoba yang lebih tinggi lagi. Kata bapak guide tebing yang lebih tinggi itu sekitar 11 meter. Dari bawah nampaknya cukup mudah untuk melompat dari ketinggian 11 meter, tetapi setelah aku berada di tebing dan melihat ke bawah rasanya jantung mau copot..hahahaha...Tapi tetap saja aku nekat melompat.


Air terjun Sungai Oyo
Lompatan pertama














Kamis, 26 September 2013

Pendakian singkat di Gunung Sikunir (2.263 mdpl)


Jumat-Sabtu, 20-21 September 2013


    Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu ingin pergi mendaki setiap akhir pekan. Mungkin karena kebutuhan untuk menghilangkan penat pekerjaan semakin menimbun dan gunung-gunung menawarkan keindahan dan kebebasan yang bisa mengobati penat itu. Tak peduli gunung apapun yang bisa dijangkau ingin kukunjungi.
      Kebetulan teman-teman kantor ingin sekali pergi ke Gunung Sikunir. Gunung ini terletak di pegunungan Dieng dan memiliki ketinggian 2.263 mdpl. Dengan semangat aku pun ikut rombongan teman-teman kantor. Setelah pulang kerja hari jumat kami pun bersiap untuk berangkat. Sekitar pukul 20:00 kami berangkat menaiki mobil pickup milik teman kantor. Angin dingin menerpa selama perjalanan. Setelah kurang lebih 4 jam perjalanan akhirnya kami tiba di tempat parkir Sikunir. Jalan untuk ke tempat parkir Sikunir ini sangat gelap dan berbatu-batu tetapi bisa dilewati oleh mobil. Karena malam hari kami tidak dapat melihat pemandangan sekitar.
     Sesuai rencana kami akan langsung berjalan ke puncak dan ngecamp di puncak. Hanya membutuhkan waktu 15-20 menit (500 m) untuk dapat mencapai puncak. Wah, singkat sekali summit attacknya hehehehehehe. Setelah sampai di puncak kamipun mempersiapkan tenda dan memasak air untuk menghangatkan diri. Lututku yang biasanya sudah ngilu jika melakukan pendakian kini belum terasa karena jalur menuju puncaknya sangat singkat.
     Dan akhirnya matahari mulai muncul di ufuk timur. Seperti biasa, banyak sekali orang yang ingin mengabadikan matahari terbit ini dan tentu saja akan langsung melupakan sang matahari sesudah benar-benar muncul di langit dan memancarkan cahaya dan panasnya. Setelah langit agak terang nampaklah keadaan sekitar. Menurutku tempat itu bukan puncak karena masih ada dataran-dataran lain yang lebih tinggi. Ini lebih mirip seperti gardu pandang yang terbuat dari gubuk kayu. Dari gubuk kayu itu bisa dilihat Gunung Sindoro (Gunung Sumbing tertutup dibalik Gunung Sindoro), Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Dalam hati aku menyapa Gunung Merbabu, gunung pertama yang membuatku jatuh cinta :). Indah sekali pemandangan dari gubuk kayu itu. Banyak sekali orang dengan berbagai kamera mengabadikan keindahannya. Di sebelah timur ada matahari terbit yang indah dan di sebelah barat ada bulan yang masih nampak, waaaa indahnya.
    

Matahari terbit di timur

Bulan di barat

      Aku tak berlama-lama disana, setelah cukup terang aku dan Getih langsung mencari tempat yang lebih tinggi lagi dan berkeliling.



     Setelah puas melihat-lihat kami pun segera berkemas-kemas dan tidak lupa membawa turun sampah. Perjalan pulang menggunakan pickup terasa seperti di neraka. Semalam kami kedinginan dan siang ini kami merasa sangat kepanasan terpapar sinar matahari tanpa penghalang. Kulit sudah hitam dan wajah sudah seperti kepiting tapi hati riang sudah berkenalan dengan Sikunir.

Teman-teman Formulatrix